Duh Mirisnya Kehidupan Perempuan di Era Kapitalis

 


Oleh: A. Asis Aji, Praktisi Pendidikan

Katanya perempuan di nomor duakan. Perempuan mendapatkan diskriminasi. Perempuan banyak mendapatkan tindak kekerasan. Katanya perempuan direndakan. Bahkan, ini masih lagi lagi katanya. Perempuan hanya jadi pemuas nafsu laki-laki.

Katanya lagi, perempuan dimanfaatkan kecantikannya oleh produk, merek, pedagang. Perempuan diekspos. Pertanyaan saya kenapa perempuan mau? Apa memang mereka di paksa? Siapa yang paksa mereka?

Perempuan jadi korban. Mereka dimarginalkan. Karena itu perempuan menuntut kesetaraan. Kesetaraan gender. Emansipasi.

Oke. Baik kita lihat akar persoalan. Wanita dimuliakan oleh siapa dan direndahkan oleh siap?

Wanita sebelum Islam Datang

Pada masa jahiliyah sebelum kedatangan Islam, perempuan tidak lebih dianggap sebagai komoditas, alat pemuas nafsu yang diperjualbelikan seperti hewan ternak (Ismail Adam Fatel, Perempuan feminisme dan Islam, 2005). Ketika perempuan haid mereka diasingkan ke luar kota dan tidak seorang pun yang boleh menemaninya kecuali pelayan makanan yang datang setiap waktu.

Bahkan yang lebih mengerikan adalah ketika wanita itu menjadi istri laki-laki yang diktator, maka nasib wanita ada di tangan suaminya mau dibunuh atau dibiarkan hidup (Haya binti Mubarak, Ensiklopedi Wanita Muslimah, 1418 H).

Di Persia yang dikuasai oleh orang-orang Sassan (Bangsa Persia) menerapkan aturan Zoroastrianisme yaitu menuntut kepada wanita untuk tunduk dan patuh sepenuhnya pada suaminya. Seorang istri wajib disumpah bahwa dia akan mematuhi suaminya sepanjang hidupnya. Jika tidak dia akan diceraikan.

Bahkan bangsa Arab Kuno sama sekali tidak mengharapkan kelahiran wanita, jika mereka lahir maka mereka akan dikubur hidup-hidup. Diantara mereka ada yang membiarkan hidup tetapi dia hidup dalam keadaan hina dan dusta bahkan tidak dihargai eksistensi. Tidak mendapatkan harta warisan dari kerabatnya meski mereka keluarga kaya raya. Jika suaminya meninggal, wanita tersebut dianggap sebagai harta warisan yang dapat diwarisi sebagai harta suaminya (Syaikh Saleh bin Fausan Abdullah al Fausan, sentuhan nilai kefiqihan untuk wanita beriman).

Orangorang Yahudi pada umumnya menganggap wanita itu sebagai laknat atau kutukan lantaran wanitalah yang telah menyesatkan Adam. Ketika wanita haid tidak dibolehkan makan bersama-sama bahkan untuk memegang bejana saja tidak diperkenankan karena khawatir terkena najis (haya bint mubarak).

Begitulah fakta sejarah dari zaman ke zaman, dari kaum dan golongan sebelum datangnya Islam.

Setelah Islam datang

Islam datang maka dihapuslah penindasan terhadap wanita. Isoam datang memanusiakan manusia. Allah mengharamkan wanita dijadikan harta warisan ketika suaminya meninggal. Islam memberikan hak - hak kaum perempuan secara adil dan tidak perlu meminta, menuntut apalagi memperjuangkannya.

Islam tidak menganggap wanita sumber kejahatan, sebagaimana ajaran Orang-orang Yahudi. Islam menempatkan wanita pada posisi tertinggi. Dalam ajaran Islam wanita sama nilainya dengan laki-laki (Sulaiman Al Asygor, Muslimah Dikepung Sekularisasi).

Gustav Loubon, seorang bangsa Eropa pernah mengatakan, " Sesungguhnya Islam telah memberikan pengaruh yang positif bagi peningkatan harkat kedudukan kaum wanita. Apa yang disumbangkan oleh islam itu jauh lebih banyak dari pada apa yang disumbangkan oleh undang-undang Eropa". (Haya bint Mubarak).

Perempuan punya peran sangat mulia dalam islam yang tidak diberikan oleh kaum manapun yaitu penjaga generasi sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Dua peran ini sangat strategis dan politis bagi sebuah bangsa atau umat.

Islam menetapkan berbagai aturan untuk menjaga perempuan dan melindungi kehormatan mereka. Islam menetapkan dua kehidupan bagi manusia, yaitu kehidupan umum di luar rumah dan kehidupan khusus di dalam rumah.

Di dalam rumah perempuan hidup sehari hari bersama mahram dan kaum mereka. Siapapun yang ingin memasuki kehidupan khusus orang lain, wajib meminta izin kepada pem8lik rumah demi menjaga aurat dan kehormatan mereka, terutama kaum perempuan.

Islam juga membuka ruang bagi kaum perempuan untuk masuk dalam kehidupan umum, berkiprah dalam aktivitas-aktivitas yang dibolehkan semacam berjual-beli, maupun untuk melaksanakan aktivitas yang diwajibkan syariah, seperti menuntut ilmu dan berdakwah untuk turut mewarnai dan mengarahkan masyarakat ke arah yang maju dan berperadaban tinggi. Namun, dalam kehidupan umum ini, Islam mewajibkan kaum perempuan menggunakan pakaian khusus yang menutup semua aurat mereka, yakni jilbab dan kerudung (khimar); melarang tabarruj; memerintahkan laki-laki dan perempuan menjaga pandangan mereka; melarang mereka ber-khalwat; memerintahkan kaum perempuan yang hendak bepergian jauh untuk disertai mahram-nya. Dengan aturan-aturan ini, kehormatan keduanya akan selalu terjaga dan terhindar dari kerusakan moral semacam pergaulan bebas dan tindak kejahatan seksual.

Islam telah menetapkan kewajiban mencari nafkah pada suami sehingga perempuan tidak perlu lagi bersusah payah bekerja di luar rumah dengan menghadapi berbagai resiko. Semua ini agar tugas utamanya sebagai pendidik utama dan pertama serta  pengatur rumah tangga berjalan dengan baik dan sempurna.

Begitu besar penjagaan Islam terhadap perempuan. Sejarah telah mencatat dengan tinta emas ketika seorang Yahudi Bani Qainuqa yang melecehkan seorang perempuan muslimah di pasar. Pasukan Rasulullah langsung mengepung Bani Qainuqa selama 15 hari hingga menyerah. Begitu pula peristiwa penaklukan wilayah Amuria oleh tentara Khalifah Mu'tashim Billah. Penaklukan yang awalnya dipicu oleh pelecehan seorang muslimah oleh penduduk Amuria di wilayah perbatasan.

Allah SWT memerintahkan kepada para suami untuk menggauli istrinya dengan cara yang baik.

"Pergaulan mereka (istri-istri kalian) dengan cara yang baik. Jika kalian tidak menyukainya, barangkali pada sesuatu yang kalian tidak sukai itu justru Allah akan menjadikan kebaikan yang sangat banyak" (QS an-Nisa' [4]: 19).

Dalam beberapa sabdanya Rasulullah saw. menegaskan, "Tidaklah orang yang memuliakan wanita kecuali orang yang mulia dan tidaklah yang menghinakannya kecuali orang yang hina." Beliau juga bersabda, "Orang Mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya dan paling lembut kepada keluarganya." (HR. Ahmad)

Islam memberikan kesempatan yang sama kepada kaum perempuan untuk berkontribusi dalam perjuangan Islam. Ibunda Khadijah, istri Rasulullah saw. sendiri sangat setia dan penuh pengorbanan saat mendampingi perjuangan beliau pada masa-masa penderitaan dan penghinaan oleh kaumnya. Aisyah, putri Abu Bakar yang juga istri Rasulullah saw., mengajarkan banyak hadis kepada sahabat Nabi.

Ummu Habibah binti Abi Sufyan, Asma binti Umair, Laila binti Hatsmah, Asy-Syaffa' binti Abdullah bin Syams dan Fatimah binti Qais bin Khalid adalah sederetan nama perempuan yang terdahulu memeluk Islam dan ikut berhijrah.

Tidak dapat tertandingi kemuliaan perempuan saat Islam diterapkan. Perempuan tidak dihinakan, tidak dieksploitasi dan tidak dijadikan sarana pemuas nafsu semata.

Anehnya, orang-orang kapitalis sekuler malah menuduh hukum islam yang menyebabkan penderitaan bagi wanita. Mereka menuduh hukum islam mengekang kebebasan wanita, yang membuat wanita tida mempunyai ruang gerak yang ber konsekuensi pada kejujuran dan ketertinggalan. Mereka menuduh bahwa keluarga adalah terali besi yang dibuat islam untuk wanita.

Kondisi Perempuan Setelah Islam ditinggalkan.

Setelah Islam runtuh sebagai sebuah sistem dan tidak satupun negara yang menerapkan dalam seluruh aspeknya apa yang terjadi terhadap perempuan?

Munculah berbagai gerakan mengatasnamakan perempuan. Ada gerakan KESETARAAN GENDER. Gerakan ini berupaya menyetarakan perempuan dengan laki-laki. Mereka berasumsi bahwa perempuan berada dalam kenyataan yang buruk; keterkungkungan, kemiskinan, ketertinggalan, tertindas dan tidak mendapatkan hak-hak mereka seperti laki-laki.

Menurut mereka para aktivis GENDER. Ini tidak adil. Karena menghambat kemandirian perempuan. Perempuan terlalu banyak beban yang harus dia pikul; hamil, menyusui, mendidik anak dan mengatur urusan rumah tangga. Karena itu, mereka berupaya meninggalkan kodrat ini agar perempuan juga bisa mandiri, maju, sejahtera. Mereka berlomba mensejajarkan diri dengan laki-laki yang tidak memiliki beban serupa.

Gerakan Gender berdalih untuk memajukan perempuan. Kata mereka, perempuan harus mampu mandiri; ia harus berdiri tegak di atas kakinya sendiri; ia harus bebas menentukan sikap dan hidupnya, apapun kondisi yang akan dihadapi. Perempuan harus kuat secara keilmuan, secara material dan tentunya secara spiritual. Namun faktanya, keterkungkungan, kemiskinan, kekerasan dan ketertindasan justru dialami perempuan. Mereka berpendapat, hal ini terjadi karena ketidakadilan perlakuan terhadap perempuan, baik dalam keluarga maupun negara. Dalam pandangan mereka, penyebab utama keterkungkungan perempuan ini adalah pemberlakuan tatanan kehidupan patriarkis yang sebagian besarnya merugikan kaum perempuan dan menjadikan kaum perempuan 'tidak berdaya'.

Isu gender tentu bukan lahir dari timur (Islam) tapi murni ide Barat lalu 'jual' ke negeri negeri Muslim. Anehnya mereka berdalih bahwa peduli terhadap perempuan. Mereka mengambil contoh 'kemajuan perempuan Barat'. Mereka menganggap bahwa aturan-aturan Islam melahirkan ketidakadilan terhadap perempuan. Seperti masalah perwalian, nasab, pakaian, waris, kepemimpinan, dan nafkah jadi serangan utama gender.

Selanjutnya, atas nama pemberdayaan ekonomi perempuan, kesehatan reproduksi perempuan, peningkatan partisipasi politik perempuan dan program-program 'bermadu' lainnya, para aktivis gender menyuntikkan pemikiran-pemikiran beracun untuk membius kaum perempuan hingga lupa pada jatidirinya sebagai Muslimah. Perempuan lupa pada komitmennya terhadap keluarga dan tugas mempersiapkan generasi.

Kemudian, gagasan-gagasan seputar 'kemandirian dan pembebasan perempuan' serta isu-isu gender lain ala Barat pun menjadi topik-topik hangat yang diperbincangkan perempuan-perempuan Muslimah di berbagai forum diskusi, seminar-seminar, pengajian-pengajian, bahkan obrolan-obrolan kecil ibu-ibu perumahan. Semakin hari semakin banyak Muslimah yang merasa bangga menjadi pejuang gender dan feminisme.

Pengarusutamaan Ide Gender

Banyaknya pejuang ide gender ini tentu tak bisa dilepaskan dari peran 'agen misi' dari kalangan gerakan-gerakan perempuan (feminis) Muslim yang terus berupaya mencuci otak kaum Muslim agar bisa menerima ide kesetaraan gender ini. Upaya penanaman nilai-nilai gender ini dilakukan melalui jalur kultural maupun struktural.

Pada jalur kultural, para feminis yang berjejaring dengan berbagai LSM-LSM komprador yang sengaja disponsori foundation kapitalis 'berjuang' pada tataran praktis menanamkan mindframe yang mereka inginkan, yakni mindframe feministik dan liberalis yang jauh dari Islam, bahkan tak sedikit yang melawan Islam! Itulah mengapa, hari ini kita bisa melihat, betapa para feminis Muslim dan kaum liberalis yang tergabung dalam LSM-LSM tadi--baik melalui lembaga maupun melalui individu-individu yang mereka blow-up ketokohannya--sangat gigih menyerukan gagasan-gagasan liberal atas nama pembebasan perempuan.

Hakikatnya gagasan-gagasan itu menyerukan pembebasan kaum Muslim dari mindframe Islam lewat apa yang mereka namakan gagasan reinterpretasi dan rekonstruksi ajaran Islam. Ajaran-ajaran Islam tentang peran perempuan disudutkan untuk kian menguatkan opini bahwa ide KKG adalah solusi. Sebaliknya, Islam dinilai pengukuh keterbelakangan perempuan sehingga sudah saatnya dipermak, dicampakkan atau dipeti-eskan.

Pada faktanya apakah persoalan-persoalan perempuan terselesaikan setelah menerima ide ide gender dan kebebasan perempuan?

Apa yang terjadi setelah perempuan perempuan itu menerima gagasan gender?

 Setelah perempuan keluar rumah, membuka aurat mereka dengan dalih kebebasan berekspresi menampakkan sensualitas dan keindahan tubuh mereka untuk kepentingan bisnis,jadi Sales Promotion Girl (SPG),jadi bintang iklan di televisi dan internet.

Terjun di sektor publik layaknya laki-laki, jadi pekerja pabrik kadang ada yang harus shift siang dan malam kehormatan mereka terancam. Jadi tenaga kerja wanita yang tidak jarang berakhir pada porstitusi dan tindak kekerasan. Trafficking terus terjadi pada remaja putri sebagai pekerja seks komersial.

Ternyata itu hanya akal bulus Kapitalisme. Kapitalisme Barat memandang perempuan tidak lebih sebagai sarana yang dapat dieksploitasi untuk kepentingan bisnis. Karena itulah mereka 'meracuni' otak perempuan melalui ide gerakan gender.

Para kapitalis barat terus-menerus mengeksploitasi perempuan. Memandang perempuan dari sudut materi. Mereka diharga dari kemampuan mereka mendapatkan materi dan dapat menghasilkan sendiri dari kemolekan tubuhnya. Dengan begitu perempuan rela melakukan apapun asalkan menguntungkan secara materi. Kemudian ditanamkan pula ide kebebasan berprilaku agar semakin mulus rencananya.

Atas dasar inilah kemolekan tubuh perempuan dianggap aset dan mesin uang karena bernilai ekonomi dan laku di jual maka harus ditonjolkan bahkan dieksploitasi. Sehingga tidak aneh lagi jika saat ini kaum perempuan jadi objek pornografi dan pornoaksi. Memamerkan kemolekan tubuh dan kecantikan demi uang agar dianggap wanita maju.

Selain tujuan ekonomi kapitalis juga punya agenda lainnya yaitu, menggiring perempuan Muslimah jauh dari aturan-aturan Allah dan Rasul-Nya - mengumbar aurat dan menampakkan kemolekan tubuhnya tanpa merasa bersalah. Bahkan kemudian berasa bangga. 

Jika kita mencermati lebih dalam lagi, liberalisasi perempuan ini tidak saja memberikan dampak buruk bagi perempuan, bahkan telah membawa berbagai dampak buruk bagi kaum perempuan dan masyarakat secara keseluruhan akibat kian rancunya relasi dan pembagian peran di antara laki-laki dan perempuan. Runtuhnya struktur keluarga, meningkatnya angka perceraian, meningkatnya kasus penelantaran anak, fenomena un-wed dan no-mar, merebaknya free sex, meningkatnya kasus-kasus aborsi, dilema wanita karier, sindrom cinderella complex, eksploitasi perempuan, pelecehan seksual, anak-anak bermasalah semua ini merupakan efek langsung dari isu kesetaraan gender.

Berdasarkan data kasus perceraian hingga Mei 2025, berikut adalah beberapa informasi mengenai kasus perceraian di Indonesia, khususnya yang didominasi oleh gugatan cerai dari pihak istri:

Batam: Sepanjang Januari hingga 27 April 2025, Pengadilan Agama (PA) Kota Batam mencatat 690 kasus perceraian, dengan mayoritas adalah cerai gugat (diajukan istri). Padang: Dari Januari hingga Maret 2025, PA Kota Padang menangani 556 perkara perceraian, di mana dua pertiganya merupakan gugatan cerai oleh istri. Masalah ekonomi menjadi pemicu utama. Cirebon: Hingga 8 Mei 2025, dilaporkan bahwa 5.143 istri di Cirebon menggugat cerai suaminya, mayoritas karena tidak dinafkahi. Probolinggo: Selama Februari 2025, PA Kraksaan di Kabupaten Probolinggo menerima 228 perkara cerai.

Sementara itu di Bojonegoro: Sepanjang Januari 2025, tercatat 260 kasus perceraian, di mana 199 di antaranya adalah gugatan cerai dari istri. Faktor ekonomi dan perselisihan terus-menerus mendominasi. Lombok Tengah: Sejak Januari hingga Februari 2025, PA Praya Lombok Tengah mencatat 204 kasus perceraian. Blitar: Dari 1 Januari hingga 14 Maret 2025, PA Kelas IA Blitar mencatat 843 berkas pengajuan perceraian. Pengajuan dari pihak istri mencapai 72,36%. Surabaya: Dalam kurun waktu Januari-Maret 2025, PA Surabaya mencatat 1.471 perkara perceraian, terdiri dari 415 cerai talak (suami menggugat) dan 1.056 cerai gugat (istri menggugat). Ini menunjukkan bahwa pihak perempuan cenderung lebih banyak mengambil inisiatif untuk mengakhiri pernikahan.

Data di atas adalah sebagian dari wilayah di Indonesia dan belum mencakup seluruh wilayah.

Data ini hanya mencakup periode awal tahun 2025 (Januari hingga April/Mei) dan belum merupakan data sepanjang tahun penuh.

Data data ini hanya contoh kecil dari kelatahan menerima ide dan gagasan kesetaraan gender.

Karena itu kita butuh solusi tuntas atas permasalahan ini. Pertama: menghentikan eksploitasi dan perbudakan perempuan. Kapitalisme sekuler memandang perempuan sebagai objek yang dapat dimanfaatkan untuk menarik keuntungan materi. Tubuh perempuan dijadikan penarik dalam bisnis. Mereka dijadikan SPG, bintang iklan, dan pekerja publik lainnya.

Hal ini harus dihentikan. Negara wajib melarang siapapun yang memanfaatkan perempuan untuk kepentingan bisnis. Perempuan harus ditempatkan pada tempatnya yang terhormat yaitu dalam rumahnya sebagi pendidik dan penjaga kehormatan rumah tangganya. Bukan di luar rumah mereka.

Kedua:menjamin kesejahteraan perempuan. Islam telah menjamin hak memiliki, menggunakan dan mengembangkan harta sama dengan laki-laki. Islam juga tidak melarang perempuan berkecimpung dalm dunia publik, termasuk bisnis dengan syarat tidak melalaikan tugas utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah.

Kebutuhan perempuan dapat dijamin dengan cara: pertama, mewajibkan laki-laki menafkahi perempuan. Islam memerintah laki-laki bekerja untuk memenuhi kebutuhannya dan keluarganya (lihat, Qs. 2:233). Kedua, jika suami suaminya tidak mampu bekerja menanggung diri, istri dan anak-anaknya maka beban nafkah itu di alihkan ke ahli warisnya. Hal ini ditegaskan dalam quran surah Al Baqarah ayat 233. Ketiga, jika ahli waris tida ada atau tidak mampu memberikan nafkah maka, beban itu diserahkan pada negara melalui baitul mal.

Karena itu negara wajib menjamin kebutuhan pokok masyarakat seperti pendidikan, kesehatan, keamanan secara cuma-cuma. Pembiayaan itu negara bisa. Pembiayaan itu negara bisa dapatkan melalui zakat, infak, dan sedekah hal ini bisa diberikan kepada orang-orang miskin. Kemudian negara juga memanfaatkan dari pengelolaan Harta milik umum seperti tambang, miigas, Laut, danau, sungai, hutan. Negara negara Muslim sangat kaya sumber daya alamnya.

Dengan cara ini tidak ada lagi perempuan, sebagaimana laki-laki yang menanggung kemiskinannya sendiri dengan bekerja keras dan dimanfaatkan oleh kapitalis.

Kesimpulan

Kebencian Barat kafir terhadap Islam dan kaum Muslim sesungguhnya sangat nyata. Berbagai serangan—dari mulai serangan pemikiran hingga serangan fisik—terus diarahkan pada Islam dan kaum Muslim. Serangan pemikiran antara lain diarahkan untuk menghancurkan konsep, ajaran dan hukum-hukum Islam. Di antara yang coba mereka hancurkan adalah konsep, ajaran dan hukum-hukum Islam terkait dengan kaum perempuan. Mereka, misalnya, menuduh Islam diskriminatif terhadap perempuan (misal: dalam hal waris, kekuasaan, dll), mengajarkan kekerasan terhadap perempuan (misal: poligami, adanya hak suami untuk memukul istri yang nusyuz, dll), menciptakan ketidakadilan jender (misal: keharusan istri menjadi ibu sekaligus pengurus anak), membelenggu kebebasan perempuan (misal: kewajiban berkerudung dan berjilbab bagi perempuan saat keluar rumah), dll. Semua itu, menurut mereka, telah menjadikan kaum perempuan mengalami kemunduran, ketertinggalan, keterbelakangan bahkan ketertindasan.

Di sisi lain, Barat kafir terus mempromosikan ide-ide liberalnya terkait dengan perempuan di Dunia Islam. Munculah gagasan seputar 'pembebasan perempuan', kesetaraan jender, emansipasi, feminisme, dll. Di Barat sendiri, semua itu pada faktanya justru menciptakan banyak masalah seperti: terjadinya banyak kasus perceraian, kehamilan di luar nikah, aborsi, eksploitasi tubuh perempuan—melalui iklan, film, tayangan pornografi dan pornoaksi, termasuk pelacuran—atas nama pemberdayaan. Anehnya, model atau gaya hidup demikianlah yang justru berusaha dipromosikan di Dunia Islam.

Walhasil, kita melihat, Baratlah sebetulnya yang telah melancarkan kekejian terhadap kaum perempuan, dan bukan Islam. Barat pula yang telah menjadikan kaum perempuan mengalami kemunduran dalam hal moral, juga mengalami ketertindasan. Merekalah yang justru telah menjadikan kaum perempuan semata-mata sebagai 'komoditi' yang seenaknya mereka eksploitasi. Sebaliknya, Islamlah yang selama ini justru mengangkat derajat kaum perempuan pada kedudukannya yang mulia. Islamlah yang punya kepedulian yang tinggi terhadap kehormatan dan kemuliaan kaum perempuan.

Karena itu perempuan harus dikembalikan pada fitrahnya sebagi seorang muslimah yang punya aqidah islam. Menjadikan Islam sebagai standar hidupnya, bukan yang lain.

1 komentar untuk "Duh Mirisnya Kehidupan Perempuan di Era Kapitalis"

Comment Author Avatar
Perempuan lebih mulia jika diatur oleh islam daripada hidup diatur aturan Belanda.