Nasionalisme: Jerat Halus Penjajahan Palestina
Mengapa dunia bungkam saat Gaza dibantai?
Mengapa ribuan anak syahid seolah hanya statistik?
Karena nurani kita dibekukan oleh nasionalisme—
Ikatan semu yang dipoles indah, padahal alat penjajahan warisan kolonial.
—
Baru-baru ini, 10.000 aktivis dari 50 negara berkumpul dalam aksi Global March to Gaza.
Datang dari berbagai ras, suku, dan agama.
Namun, semua tertahan di perbatasan Rafah, Mesir.
Alasannya: demi "keamanan". Faktanya: pengkhianatan terang-terangan.
—
Beginilah wajah dunia saat negeri-negeri Muslim tunduk pada sistem sekular
penjajah.
Ketika nasionalisme lebih dijaga daripada ikatan iman.
Ketika batas negara lebih sakral daripada darah saudara seakidah.
—
Nasionalisme lahir dari rahim sekularisme—
Ide yang memisahkan agama dari kehidupan.
Akibatnya?
Umat terpecah belah, empati tergerus,
dan para penguasa Muslim menjadi pelindung kepentingan Barat, bukan umat.
—
Padahal Islam mengajarkan: Kaum Muslim itu satu tubuh.
Saat Gaza disakiti, seharusnya Jakarta, Kairo, Istanbul, dan seluruh dunia
Islam terguncang.
Namun kini, tubuh itu lumpuh. Disuntik racun nasionalisme.
—
Sejak Khilafah Utsmaniyah diruntuhkan pada 1924,
Umat diwarisi negara-negara bangsa—buatan Inggris dan Prancis.
Bukan untuk membebaskan,
melainkan untuk memecah belah,
dan menjauhkan Islam dari tampuk kekuasaan.
—
Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani pernah berkata:
“Nasionalisme adalah ikatan paling lemah dan rendah nilainya.”
Emosional, sesaat, dan rapuh.
Tak pantas dijadikan fondasi persatuan, apalagi untuk umat Muhammad ﷺ.
—
Selama umat masih memuja nasionalisme,
selama itu pula penjajahan atas Palestina akan terus berlangsung.
Solusi Palestina bukan sekadar bantuan kemanusiaan,
tapi perubahan mendasar: politik global dalam kerangka Islam.
—
Sudah waktunya kita sadar:
Umat ini butuh persatuan hakiki di bawah sistem Islam.
Khilafah bukan nostalgia sejarah,
melainkan jawaban konkret atas krisis yang menimpa umat hari ini.
—
Apa langkah awalnya?
Belajar. Sadar. Terlibat dalam gerakan ideologis Islam.
Yang tak sekadar reaktif,
tetapi konsisten menyuarakan kebenaran dan memperjuangkan syariat Islam secara
kaffah.
—
Pertanyaannya sekarang:
Masihkah kita mau dibutakan oleh nasionalisme?
Atau sudah saatnya berpikir besar,
dan menerima Islam sebagai solusi sejati?
Jika engkau peduli Palestina,
maka engkau harus peduli sistem apa yang memperjuangkannya.
🟤 Follow @portalperadabanislam
untuk konten-konten ideologis dan pencerahan seputar Islam, Khilafah, dan
perjuangan umat.
📢
Sebarkan jika kamu yakin: Umat ini butuh perubahan, bukan basa-basi.
Posting Komentar untuk " Nasionalisme: Jerat Halus Penjajahan Palestina"
Posting Komentar