Jejak Khilafah di Sulawesi (Bagian 7) Menyingkap Jalinan Politik dan Spiritual yang Terlupakan
🧵 Jejak Khilafah di Sulawesi (Bagian 7)
Menyingkap Jalinan Politik dan Spiritual yang Terlupakan
Tahukah Anda?
Sebelum Gowa dan Tallo memeluk Islam, telah ada satu kerajaan di Sulawesi yang
lebih dahulu menjalin hubungan dengan Khilafah Utsmaniyah.
Kerajaan itu adalah Buton.
📜🌊
Tahun 1511, seorang ulama dari Pattani bernama Syaikh Abdul Wahid tiba
di Buton.
Melalui dakwahnya, Raja Mulae memeluk Islam dan bertekad menjadikan kerajaannya
berbasis syariat Islam.
Ia pun menginginkan restu langsung dari Istanbul. ✨
Syaikh Abdul Wahid pun berangkat menuju pusat Khilafah Utsmaniyah pada tahun
1523.
Selama 15 tahun ia tinggal di Istanbul—belajar, menjalin hubungan, dan
membawa misi penting.
Saat ia kembali, Raja Mulae telah wafat.
Namun, proses Islamisasi tak berhenti.
Ia melantik menantu sang raja, La Kilaponto, menjadi Sultan Muhammad
Qa’imuddin, pemimpin Buton yang pertama kali bergelar sultan. 📿
Ini bukan sekadar seremoni simbolik.
Proses pelantikan tersebut menunjukkan bahwa Kesultanan Buton mendapatkan legitimasi
langsung dari Khilafah Islam.
Buton menjadi kerajaan
Islam bukan hanya secara spiritual, tapi juga secara politik dan otoritas
kekuasaan. 🏴
Lalu bagaimana dengan Gowa, Tallo, dan Luwu—yang dikenal diislamkan oleh Trio
Datu’ dari Minangkabau?
Siapa yang mengutus
mereka? Dan atas dasar otoritas siapa para raja diangkat menjadi sultan?
Jawabannya mengarah ke Kesultanan Aceh.
Trio Datu’ berasal dari Minangkabau, sebuah wilayah yang saat itu berada di
bawah pengaruh Aceh—kerajaan besar yang aktif menjalin hubungan dengan
Khilafah. 🌍
Sultan Aceh ‘Alauddin al-Qahhar bahkan mengirim putranya ke Istanbul
demi membangun hubungan resmi dengan Khalifah Turki Utsmani.
Usahanya membuahkan hasil:
Khilafah mengakui para penguasa di Sumatra sebagai sultan dalam struktur
dunia Islam.
Pada masa Sultan Manshur Syah Perak dan Sultan Sayyid al-Mukammil, Aceh
mengalami stabilitas dan menjadi pusat keilmuan.
Ulama-ulama dari Timur Tengah berdatangan.
Aceh pun menjadi poros pertemuan dunia Islam dan Nusantara. 🕌✈️
Pada tahun 1603, Trio Datu’ berangkat ke Sulawesi membawa misi dakwah dan
politik Islam.
Sangat mungkin mereka
diutus—atau setidaknya diizinkan—oleh Aceh yang kala itu erat terhubung dengan
Khilafah.
Maka, Islam yang dibawa ke Gowa, Tallo, dan Luwu bukan sekadar agama,
melainkan sistem kehidupan.
Para raja pun diberi gelar sultan, sebuah gelar politik yang diakui oleh
dunia Islam internasional. 🧿
🧩 Kesimpulan:
Buton lebih awal membangun hubungan langsung dengan Khilafah.
Gowa dan Tallo menyusul lewat jalur Aceh dan Minangkabau.
Ini menegaskan bahwa proses Islamisasi Sulawesi adalah gabungan dakwah,
diplomasi, dan legitimasi kekuasaan.
Apakah Anda baru mengetahui kisah ini?
Atau pernah mendengar peran Trio Datu’ dan Kesultanan Buton dalam
sejarah Islam di Nusantara?
Tulis pendapat Anda di
kolom komentar.
Bagikan jika Anda merasa kisah ini penting untuk diketahui generasi hari ini. 👇
@portalperadabanislam
Sumber : https://alwaie.net/
Posting Komentar untuk "Jejak Khilafah di Sulawesi (Bagian 7) Menyingkap Jalinan Politik dan Spiritual yang Terlupakan"
Posting Komentar