Kacamata Islam terhadap Danantara: Solusi atau Ilusi?

 


📌 Kacamata Islam terhadap Danantara: Solusi atau Ilusi?


Tahukah kamu, bahwa pemerintah sedang membentuk lembaga super holding bernama Danantara?

Digadang-gadang sebagai langkah strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, benarkah demikian?

Atau justru ini hanyalah kemasan manis dari skema baru pelepasan aset negara?

Simak hingga akhir. Ini bukan sekadar urusan teknis, tapi menyangkut masa depan negeri ini.



Apa itu Danantara?
Super holding BUMN yang akan menghimpun perusahaan raksasa seperti:
📌 Pertamina, PLN, Telkom, BRI, BNI, Mandiri, Mind ID.

Total asetnya ditargetkan mencapai Rp 14.720 triliun!

Namun, pertanyaannya:
Untuk siapa semua ini dikelola? Dan siapa yang akan mengawasinya?



Masalah besar mulai muncul:
🔍 Peran BPK dibatasi oleh undang-undang.
Kini, BPK tidak bisa lagi mengaudit Danantara secara menyeluruh.

Padahal, audit BPK selama ini telah membongkar kasus besar seperti Jiwasraya dan Asabri.

Tanpa pengawasan ketat, potensi korupsi semakin menganga.



Kekhawatiran lain yang mencuat:
📌 Kepemimpinan Danantara diisi oleh orang dekat Presiden.

Apa dampaknya?

⚠️ Potensi konflik kepentingan meningkat.
⚠️ Risiko keputusan politis yang tidak akuntabel terbuka lebar.

Lihat saja tragedi 1MDB di Malaysia — dana publik diselewengkan oleh elite penguasa demi kepentingan pribadi.



Parahnya lagi, undang-undang memberi jalan mulus bagi privatisasi BUMN.
Karena kekayaan BUMN kini dipisahkan dari keuangan negara, maka BUMN bisa lebih mudah dijual ke pihak swasta.

🔍 Pertanyaan pentingnya:
Siapa yang bisa menjamin sektor vital seperti energi, listrik, dan tambang tidak ikut dilepas?



👉 Dari kacamata Islam, hal ini sangat bermasalah.

Islam melarang keras privatisasi harta milik umum:
🌊 Air, Energi, ⛏️ Tambang, dan seluruh sumber daya vital harus dikelola negara, bukan diserahkan kepada korporasi.



Dalam sistem Islam:
📌 Pengelolaan kekayaan negara diatur syariat, melalui lembaga Baitul Mal.

Diawasi langsung oleh Khalifah dan umat.
Tidak ada ruang bagi swasta menguasai harta publik.
Semua dikelola untuk kemaslahatan rakyat, bukan keuntungan segelintir elit.



Islam juga menolak sistem ekonomi berbasis riba.

Sayangnya, Danantara tetap bergerak dalam kerangka kapitalisme finansial:
💰 Bermain di pasar modal,
📉 Instrumen utang,
🏦 Sektor keuangan konvensional.

Padahal, riba adalah dosa besar dalam Islam.



Masalah utama bukan hanya pada siapa yang memimpin,
tetapi pada sistem itu sendiri.

📉 Kapitalisme melegalkan komersialisasi aset publik.
📉 Membuka ruang seluas-luasnya bagi swasta mengeruk keuntungan dari sumber daya rakyat.

Tanpa akidah dan syariat, negeri ini akan terus dirugikan.



Kini saatnya kita bertanya:
Apakah kita masih akan terus menyerahkan kekayaan negeri ini pada sistem yang sama—yang telah berulang kali mengecewakan?

🔁 Islam menawarkan solusi sistemik.
Dalam Khilafah, aset negara dikelola syariat:
Transparan,
Adil,
Untuk seluruh umat, bukan korporasi.


📢 Saatnya bersuara.
📲 Bagikan jika kamu peduli terhadap nasib negeri ini.
Mari suarakan Islam sebagai solusi hakiki, bukan ilusi demokrasi kapitalistik.


Jika kamu sepakat:
💬 Tulis pendapatmu di kolom komentar.
🔁 Bagikan ke teman dan keluargamu.
🔔 Follow untuk konten analisis kritis lainnya dari kacamata Islam.


Apakah menurutmu Danantara akan menjadi solusi... atau justru ilusi yang menyakitkan?

#Danantara #BUMN #Khilafah #IslamSolusi #KritikKonstruktif #KepemimpinanIslam

Sumber : https://alwaie.net

Posting Komentar untuk "Kacamata Islam terhadap Danantara: Solusi atau Ilusi?"